Cute Rocking Baby Monkey

Minggu, 12 Maret 2017

STUDY KASUS

Image result for studi kasus

Sebagai studi kasus, dilakukan pengumpulan data tentang nilai kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh dalam hal melakukan perjalanan ke kampus dengan cara wawancara berkuisioner, sebanyak 30 responden.  Responden dipilih secara acak sederhana dari data mahasiswa UK Petra. Data tersebut berupa data perbandingan berpasangan dengan skala 1 – 9. Data-data yang terkumpul tersebut diolah  dengan  metode AHP yang pengolahannya menggunakan program Expert Choice.  Data tersebut sebelumnya diuji terlebih dahulu  inconsistency ratio-nya (CR) yaitu data yang CR-nya kurang dari 10% yang dianggap konsisten.  Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan, dilakukan analisa sensitivitas terhadap prioritas pemilihan alternatif moda yang ada. Analisa sensitivitas ini dilakukan dengan cara trial dan error pada masing-masing faktor. Dengan cara ini dapat dilihat kecenderungannya sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap pergeseran prioritas pemilihan alternatif moda.
Merujuk kembali ke gambar 1, diperlihatkan faktor-faktor dan alternatif-alternatif  yang tersusun dalam struktur hirarki. Sebagai tujuan, adalah pemilihan moda pada level 3. Level 1 menyatakan tujuan, sedangkan level  2 menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh
Faktor-faktor yang berpengaruh dapat dijelaskan sbb.:
1.      Faktor Aman Menunjukkan keamanan dari gangguan selama perjalanan, yaitu rasa aman dari adanya tindakan kriminalitas, keselamatan dari resiko kecelakaan dan dari gangguan lingkungan sekitar yaitu gangguan sebelum dan sesudah melakukan perjalanan.
2.      Faktor NyamanMerujuk kepada fasilitas yang tersedia selama dalam perjalanan, misalnya perlindungan dari cuaca, tersedianya fasilitas AC, tempat duduk yang nyaman, privasi dari orang lain (yaitu kebebasan untuk  melakukan  segala sesuatu selama dalam perjalanan) dan suasana tenang selama perjalanan.
3.      Faktor BiayaMeliputi semua biaya langsung yang dikeluar- kan untuk melakukan perjalanan, misalnya biaya bahan bakar minyak dan ongkos untuk angkutan umum, biaya parkir kendaraan, dan lain-lain.  Biaya tidak termasuk modal pembelian mobil, dan pemeliharaan.
4.      Faktor WaktuMenyatakan  lama waktu untuk melakukan perjalanan, yang di dalamnya mengandung sub faktor ketepatan waktu sampai tujuan, kelancaran selama perjalanan dan kebebasan melakukan perjalanan kapan saja.
Dengan mengetahui faktor-faktor yang ber- pengaruh serta bobotnya, diharapkan dapat dianalisa program-program yang bertujuan untuk mengurangi kebutuhan lahan parkir di UK Petra.
Dari analisa AHP yang dilakukan, seperti ditunjukkan dalam gambar 2, responden menganggap faktor  aman sebagai prioritas utama, yaitu 49,3% atau dua kali lebih penting dari faktor waktu, dan empat kali lebih penting dari faktor biaya dan kenyamanan.
Analisa AHP mengetahui prioritas pemilihan alternatif moda berdasarkan semua pertimbang-an faktor yang dipilih, seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.
Untuk prioritas pemilihan alternatif berdasarkan faktor keamanan ini saja, responden lebih menyukai jalan kaki dari pondokan sebagai pemilihan alternatif moda yaitu 31,8%. Sedangkan untuk urutan prioritas terakhir yang menjadi pilihan responden adalah angkutan umum (4,2%), berarti pemilihan jalan kaki dari pondokan hampir 8 kali pemilihan angkutan umum.

Ditinjau dari faktor kenyamanan saja, mobil pribadi menjadi prioritas utama oleh responden dalam pemilihan alternatif moda yaitu sebesar 33,8%. Sedangkan angkutan umum mempunyai bobot paling kecil yaitu 3,5%. Berarti pemilihan mobil pribadi 10 kali  pemilihan angkutan umum. Untuk faktor biaya, biaya perjalanan sangat diutamakan oleh responden daripada biaya parkir, yaitu lima kali lebih penting.  Ternyata jalan kaki dari pondokan menjadi alternatif pemilihan moda yang dominan oleh responden dibandingkan alternatif yang lain, yaitu sebesar 40,2%.  Mobil pribadi merupakan pilihan terakhir sebesar 4,6%. Jadi pemilihan alternatif jalan kaki dari pondokan hampir 9 kali pemilihan mobil pribadi.
Sedangkan ditinjau dari faktor waktu saja, jalan kaki dari pondokan dinilai oleh responden sebagai alternatif favorit yaitu sebesar 38,4%, sedangkan angkutan umum merupakan pilihan terakhir responden dalam melakukan perjalanan ke kampus sebesar 3,6%.  Jadi pemilihan jalan kaki dari pondokan 11 kali pemilihan angkutan umum. Alternatif jalan kaki dari pondokan merupakan alternatif terpenting bagi responden dalam hal melakukan perjalanan ke kampus. Hal ini dikarenakan dari berbagai faktor perjalanan, alternatif jalan kaki dari pondokan mempunyai kelebihan seperti waktu tempuh yang singkat, biaya perjalanan yang murah, dan  tingkat keamanan yang cukup baik. Pemilihan mobil pribadi dan  carpool dinilai mempunyai prioritas yang hampir sama dalam hal melakukan perjalanan ke kampus, disebab-kan adanya faktor waktu dan kenyamanan yang menunjang pemilihan mobil pribadi sedangkan untuk pemilihan  carpool  ditunjang adanya faktor keamanan dan biaya yang dinilai lebih aman dan murah  oleh responden daripada mobil pribadi.
Untuk pemilihan angkutan kampus yang pada kenyataannya belum ada, responden diberi gambaran berupa mini bus kampus dengan fasilitas AC, tempat duduk yang cukup bersih dan nyaman, dan rute perjalanan yang disesuai-kan dengan jam kuliah dan tempat tinggal responden. Ternyata  responden cukup menang-gapi adanya mini bus kampus tersebut, karena dianggap cukup aman dan cukup murah. Sedangkan angkutan umum menjadi pilihan terakhir bagi responden dalam  hal  melakukan perjalanan ke kampus.  Hal ini disebabkan situasi yang kurang aman, kenyamanan yang kurang, waktu yang tidak efisien dan biaya perjalanan yang cukup tinggi.
Untuk menerapan kebijakan yang sesuai dengan tujuan maka dilakukan analisa sensitivitas AHP terhadap masing-masing faktor dari setiap moda yang diteliti. Model (3) hingga (8) merupakan model analisa AHP yang dapat dipergunakan untuk mengetahui kecenderungan pemilihan masing- masing moda berdasarkan perubahan setiap faktornya.
YMP =  0.180 AMAN + 0.342 NYAMAN +0.049 BIAYA + 0.193 WAKTU    (3)
YCP  =  0.198 AMAN + 0.228 NYAMAN +0.107 BIAYA + 0.088 WAKTU    (4)
YAK =  0.172 AMAN + 0.096 NYAMAN +0.120 BIAYA + 0.051 WAKTU    (5)
YAU =  0.045 AMAN + 0.035 NYAMAN +0.096 BIAYA + 0.036 WAKTU    (6)
YSM =  0.087 AMAN + 0.096 NYAMAN +0.228 BIAYA + 0.248 WAKTU    (7)
YKO =  0.318 AMAN + 0.202 NYAMAN +0.401 BIAYA + 0.383 WAKTU    (8)
Dimana,Yi =  Prosentase dari alternatif moda iMP  =  Mobil pribadiCP  =  CarpoolAK  =  Angkutan kampusAU  =  Angkutan umumSM  =  Sepeda motorKO  =  Jalan kaki dari pondokanAMAN, NYAMAN, BIAYA, WAKTU = Besarnya prosentase dari masing-masing factor. Berdasarkan rumus yang diperoleh maka dilakukan analisa sensitivitas yaitu dengan mengubah bobot nilai masing-masing faktor sehingga didapat perubahan bobot nilai masing- masing moda.
Pada tabel 5 dinyatakan hasil analisa sensitivitas terhadap faktor aman dimana dilakukan pengurangan bobot nilai faktor aman dalam arti keamanan ditingkatkan sehingga faktor aman tidak menjadi prioritas utama. Untuk setiap pengurangan sebesar 10% faktor aman, terdapat peningkatan  sebesar  0,11% pada moda mobil pribadi, sedangkan angkutan kampus mengalami penurunan sebesar 0,94%.  Disini terlihat bahwa angkutan kampus dianggap cukup aman oleh responden. Pada tabel 6 dapat diketahui perubahan bobot nilai masing-masing moda, bila dilakukan analisa sensitivitas pada faktor waktu.  Jika faktor waktu ditingkatkan kepentingannya, misal disiplin terhadap ketepatan waktu ditingkatkan, maka pemilihan mobil pribadi cenderung meningkat. Untuk setiap peningkatan 10% terhadap faktor waktu menyebabkan peningkatan pada  pemilihan mobil pribadi sebesar 0,12%.  Sedangkan untuk angkutan kampus mengalami penurunan sebesar 1,03%. Penurunan bobot nilai pada angkutan kampus menggambarkan bahwa moda tersebut dianggap kurang baik dari segi waktu. Kebijakan yang dapat diambil sehubungan dengan analisa diatas adalah : adanya tempat-tempat pemberhentian untuk angkutan kampus yang jelas dan teratur, disiplin terhadap waktu keberangkatan, rute perjalanan yang banyak sehingga mudah dicapai oleh responden sehingga dapat meningkatkan pemilihan alternatif angkutan kampus.
Tabel 7 menunjukkan hasil analisa sensitivitas terhadap faktor biaya. Untuk setiap 10% peningkatan nilai faktor biaya secara umum, dapat mengakibatkan penurunan terhadap pemilihan mobil pribadi, yaitu sebesar 1,60% dan 0,09% pada angkutan kampus.

Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi kebutuhan akan lahan parkir yang berarti usaha untuk mengurangi pemilihan mobil pribadi dan mau beralih ke alternatif moda angkutan kampus, maka dapat dibuat suatu kebijakan,  yaitu : meningkatkan tarif parkir untuk mobil pribadi. Hasil analisa sensitivitas terhadap faktor nyaman, dinyatakan dalam tabel 8. Perubahan kepentingan faktor kenyamanan dilakukan angkutan kampus misalnya dengan peningkatan fasilitas pada angkutan kampus. Untuk setiap pengurangan 10% (peningkatan fasilitas angkitan kampus 10%), pemilihan moda mobil pribadi mengalami penurunan yaitu sebesar 1.72%.  Sedangkan pemilihan moda angkutan kampus mengalami kenaikan sebesar 0.22%.
Melihat  kenyataan di atas dapat diambil suatu kebijakan yang dapat mengurangi pemilihan mobil pribadi, seperti: menyediakan fasilitas musik atau. Televisi sehingga membuat responden lebih dapat menikmati perjalanan.Dari analisa sensitivitas berdasarkan keempat faktor diatas dapat dilihat bahwa untuk mengalihkan pemilihan mobil pribadi ke angkut-an kampus perlu dibuat kebijakan-kebijakan  seperti : peningkatan biaya parkir pada mobil pribadi, penambahan fasilitas musik/televisi pada angkutan kampus, dan pengaturan rute perjalanan, waktu keberangkatan yang teratur pada angkutan kampus.



















ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

 Image result for analytical hierarchy process logo

Pengertian Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Analitycal Hierarchy Process (AHP) Adalah metode untuk memecahkan suatu situasi yang komplek tidak terstruktur kedalam beberapa komponen dalam susunan yang hirarki, dengan memberi nilai subjektif tentang pentingnya setiap variabel secara relatif, dan menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi guna mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif yang terbaik. Seperti melakukan penstrukturan persoalan, penentuan alternatif-alternatif, penenetapan nilai kemungkinan untuk variabel aleatori, penetap nilai, persyaratan preferensi terhadap waktu, dan spesifikasi atas resiko. Betapapun melebarnya alternatif yang dapat ditetapkan maupun terperincinya penjajagan nilai kemungkinan, keterbatasan yang tetap melingkupi adalah dasar pembandingan berbentuk suatu kriteria yang tunggal.
Peralatan utama Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah memiliki sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan hirarki, suatu masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelomok-kelompoknya dan diatur menjadi suatu bentuk hirarki.

Kelebihan Analitycal Hierarchy Process (AHP)
Kelebihan AHP dibandingkan dengan lainnya adalah :
1.      Struktur yang berhirarki, sebagai konsekwensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam
2.      Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkosistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan
3.      Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Selain itu, AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi obyektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif

2.3.3 Prinsip Dasar Pemikiran AHP
Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, ada tiga prinsip yang mendasari pemikiran AHP, yakni : prinsip menyusun hirarki, prinsip menetapkan prioritas, dan prinsip konsistensi logis.

Prinsip Menyusun Hirarki
Prinsip menyusun hirarki adalah dengan menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan cara memecahakan persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah. Caranya dengan memperincikan pengetahuan, pikiran kita yang kompleks ke dalam bagian elemen pokoknya, lalu bagian ini ke dalam bagian-bagiannya, dan seterusnya secara hirarkis.
Penjabaran tujuan hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditujukan agar memperolah kriteria yang dapat diukur. Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Dalam beberapa hal tertentu, mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan ukuran obyektif dan kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses analisis pangambilan keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci. Maka salah satu cara untuk menyatakan ukuran pencapaiannya adalah menggunakan skala subyektif.

Prinsip Menetapkan Prioritas Keputusan
Bagaimana peranan matriks dalam menentukan prioritas dan bagaimana menetapkan konsistensi.
Menetapkan prioritas elemen dengan membuat perbandingan berpasangan, dengan skala banding telah ditetapkan oleh Saaty ( Yan O., 1995).

Table 2.9 Penetapan Prioritas Elemen dengan Perbandingan Berpasangan
Intensitas Kepentingan
Keterangan
Penjelasan
1
Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari pada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lainnya
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
7
Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen lainnya
Satu elemen yang kuat dikosong san dominan terlihat dalam praktek
9
Satu elemen mutlak penting dari pada elemen lainnya
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan
Kebalikan
Jika untuk aktivitas I mendapat satu angka disbanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
Perbandingan ini dilakukan dengan matriks. Misalkan untuk memilih manajer, hasil pendapat para pakar atau sudah menjadi aturan yang dasar (generic), managerial skill sedikit lebih penting daripada pendidikan, teknikal skill sama pentingnya dengan pendidikan serta personal skill berada diantara managerial dan pendidikan.

Prinsisp Konsistensi Logika
Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut, harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal, sebagai berikut:
·      Hubungan kardinal        : aij . ajk = ajk
·      Hubungan ordinal          : Ai>Aj>Aj>Ak, maka Ai>Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut:
1.   Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya jika apel lebih enak 4 kali dari jeruk dan jeruk lebih enak 2 kali dari melon, maka apel lebih enak 8 kali dari melon
2.   Dengan melihat preferensi transitif, misalnya apel lebih enak dari jeruk, dan jeruk lebih enak dari melon, maka apel lebih enak dari melon
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio konsisten < 0.1. nilai CR < 0.1 merupakan nilai yang tingkat konsistensinya baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian nilai CR merupakan ukuran bagi konsistensi suatu komparasi berpasangan dalam matriks pendapat. Jika indeks konsistensi cukup tinggi maka dapat dilakukan revisi judgement, yaitu dengan dicari deviasi RMS dari barisan (aijdan Wi / Wj ) dan merevisi judgment pada baris yang mempunyai nilai prioritas terbesar
Memang sulit untuk mendapatkan konsisten sempurna, dalam kehidupan misalnya dalam berbagai kehidupan khusus sering mempengaruhi preferensi sehingga keadaan dapat berubah. Jika buah apel lebih disuka dari pada jeruk dan jeruk lebih disukai daripada pisang, tetapi orang yang sama dapat menyukai pisang daripada apel, tergantung pada waktu, musim dan lain-lain. Namun konsistensi sampai kadar tertentu dalam menetapkan perioritas untuk setiap unsur adalah perlu sehingga memperoleh hasil yang sahih dalam dunia nyata. Rasio ketidak konsistenan maksimal yang dapat ditolerir 10 %.

2.7.4 Penggunaan Software Expert Choise Untuk Metode AHP
Expert Choise adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan analisa, sistematis, dan pertimbangan (justifikasi) dari sebuah evaluasi keputusan yang kompleks. Expert Choice telah banyak digunakan oleh berbagai instansi bisnis dan pemerintah diseluruh dunia dalam berbagai bentuk aplikasi, antara lain:
·         Pemilihan alternatif
·         Alokasi sumber daya
·         Keputusan evaluasi dan upah karyawan
·         Quality Function Deployment
·         Penentuan Harga
·         Perumusan Strategi Pemasaran
·         Evaluasi proses akuisisi dan merger
·         Dan sebagainya
Dengan menggunakan expert choice, maka tidak ada lagi metode coba-coba dalam proses pengambilan keputusan. Dengan didasari oleh Analitycal Hierarchy Process (AHP), penggunaan hirarki dalam expert choice bertujuan untuk mengorganisir perkiraan dan intuisi dalam suatu bentuk logis. Pendekatan secara hierarki ini memungkinkan pengambil keputusan untuk menganalisa seluruh pilihan untuk pengambilan keputusan yang efektif.

Sumber :  https://myshowroom.wordpress.com
     https://bambangwisanggeni.wordpress.com